ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKAATUH ...

Daftar Isi My Blog

8.9.16

KHUTBAH JUMAT TENTANG QURBAN

MELALUI BERQURBAN MENDIDIK KEIKHLASAN,
DAN MENGOBATI PENYAKIT IRI DAN DENGKI
Oleh: Ust. Sonin, M.Pd.I


Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Beberapa hari lagi kita akan dipertemukan dengan Idul Adha; yang juga bisa disebut yaumun nahar, hari raya qurban. Lalu hari ini kita  dipertemukan-Nya dengan hari raya pekanan; yaumul Jum'ah, yang juga disebut sayyidul ayyam.
Maka sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat itu. Sungguh, tanpa hidayah dari Allah, kita takkan berada di jalan lurus ini; jalan keselamatan, jalan kebahagiaan, jalan kemenangan; dinul Islam. Tanpa rahmat dan nikmat-Nya, kita tak mungkin mampu beramal ibadah dalam dua hari raya tersebut. Karena itu sudah sepantasnya kita bersyukur dengan cara memanfaatkan nikmat Allah untuk mentaati-Nya.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Sejarah mencatat bahwa bagaimana Allah Swt memerintahkan kepada Putra-putra Nabi Adam As. untuk berqurban, dimana Qabil berqurban hasil tani yang paling buruk, dan Habil berqurban dengan domba yang paling bagus. Dan Allah menerima qurban Habil bukan karena bentuknya bagus, tapi karena keikhlasannya mengurban yang terbaik kepada Allah. Karena Allah Swt juga melihat sesuatu ibadah  dari tingkat keikhlasan hambanya. Untuk itu bagi seorang hamba yang ibadahnya ingin diterima oleh Allah Swt termasuk juga dalam ibadah qurban adalah tingkat keikhlasan seseorang.

Berikutnya contoh qurban yang dilakukan oleh nabi Ibrahim AS, ketika beliau diperintah Allah menyembelih Ismail putra satu-satunya pada saat itu. Seperti Allah gambarkan dalam surat 37 ayat 102 yang berbunyi:
Kisah Qurban Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

Artinya: "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Jelas tanpak pada ayat di atas bahwa bagaimana sifat dan sikap Nabi Ibrahim As. dan Nabi Ismail As dalam menjalankan perintah Allah Swt. Jika tidak ada sifat dan sikap ikhlas dalam diri kedua hamba tersebut tentulah sangat berat untuk menjalankan perintah Allah Swt. Yang mana diketahui bahwa  Nabi Ibrahim AS sampai usia lanjut belum juga diberikan Allah Swt seorang anak, akan tetapi beliau tidak pernah berhenti berdo’a meminta anak yang sholeh, do’a ini Allah abadikan dalam surat 37 ayat 100, yang berbunyi:
Anak Laki-laki yang Shaleh
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”
Sehingga Allah Swt menganugrahi seorang anak, ketika anak itu menjelang dewasa Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, maka disampaikan hal ini kepada Ismail, lalu Ismailpun menjawab, Ayah kalau itu perintah Allah lakukan ayah, semoga aku termasuk orang yang sabar. Karena sifat dan sikap Ikhlas kepada Allah Swt sehingga nabi Ibrahim dan Ismail berhasil menjalankan perintah Allah Swt.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Pelaksanaan Qurban oleh Nabi Ibrahim As dengan anak beliau (Nabi Ismail As), bukti ketaatan dan keikhlasan kedua hamba Allah Swt. Selanjutnya dalam proses pelaksanaan Qurban tersebut Allah Swt  mengganti Nabi Ismail As dengan seekor Kibas (Domba), Sebagaimana terdapat dalam Al Qur’an surat Ash-Shaffat ayat: 107-108, berbunyi:

Di Ganti dengan Seekor Kibas/ Domba

 “Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan anak Ibrahim (pujian yang baik ) dikalangan orang-orang yang datang kemudian“.
Selanjutnya syariat berqurban dengan menyembelih binatang ternak tersebut menjadi syariat untuk umat Nabi Muhammad SAW. Meskipun dengan cara menyembelih binatang ternak untuk membuktikan ketaatan dan keikhlasan terhadap pemberian Allah berupa hewan Qurban, namun sebagian orang tidak sedikit yang merasa berat untuk memberikan qurbannya yang Ikhlas karena Allah, sedangkan dari kisah anak Nabi Adam As, Qabil dan Habil yang berqurban, selanjutnya yang diterima qurban dari Habil, karena dia Ikhlas karena Allah Swt.
Ibadah qurban selain mendidik keikhlasan juga mengobati penyakit iri dan dengki. Jika kita lihat kembali dari sejarah, bahwa awal mulanya Allah Swt, memerintahkan mereka untuk berqurban adalah berawal dari sifat dan sikap iri dan dengki dari anaknya Qabil, karena calon istri Qabil bermuka kurang cantik dalam pandangannya, sedangkan calon Istri/ pasangan untuk saudaranya Habil sangat cantik. Berawal dari itulah sehingga muncullah sifat dan sikap iri dan dengkinya kepada saudaranya Habil. (Baca: Kisah Qabil dan Habil )
Menghadapi anaknya Qabil yang iri dan dengki terhadap anak yang bernama Habil (yang didengki), Nabi Adam As, mengalami kebingungan sehingga Allah Swt memerintahkan keduanya untuk berqurban, bagi siapa yang qurban di terima oleh Allah Swt maka dia yang mendapatkan atau berhak memperistri anaknya yang cantik (yang diperebutkan) tersebut.
Pada hakekatnya Allah Swt melarang kita iri pada orang lain atas karunia baik berupa; rezeki, badan yang sehat dan kuat, cantik/ tampan, jabatan yang tinggi dan lain sebagainya, yang mereka dapat itu sesuai dengan usaha mereka dan juga sudah jadi ketentuan Allah Swt.

Surat An Nisaa' ayat 32 Tentang Iri dan Dengki

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Lalu Kapan manusia boleh Iri? Kita hanya boleh iri dalam 2 hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu. Sebagimana dalam hadits yang artinya: “Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Karena itu agar diri kita terhindar dari iri, maka saat diri kita mengagumi milik orang lain hendaknya mendoakan agar yang bersangkutan dilimpahi berkah oleh Allah Swt. Sebagaimana dalam Hadits yang artinya: “Apabila seorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barokah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar.” (HR. Abu Ya’la)
Kemudian pengaruh dengki lebih parah dari iri. Orang yang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang jika orang lain susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki baik dengan lisan, tulisan, atau pun perbuatan. Oleh karena itu Allah menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki, sebagaimana Allah Berfirman:
Doa Berlindung Dari Orang Iri dan Dengki

Artinya: 1) Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, 2). Dari kejahatan makhluk-Nya, 3). Dan dari kejahatan malam apabila Telah gelap gulita, 4). Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, 5).  Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."
Kedengkian juga bisa menghancurkan pahala-pahala kita. Rasullah Saw. Bersabda: “Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu.” (HR. Abu Dawud)
Karena itu mari kita didik hati kita dengan cara Ikhlas terhadap ketentuan Allah Swt., bersihkan hati, bersihkan jiwa dari penyakit iri dan dengki, mari kita berpikir positif atas segala yang ditakdirkan-Nya kepada diri kita masing-masing. Sebab orientasi akhir dari kehidupan bukanlah dunia akan tetapi orientasi akhirnya adalah akherat yang kekal dan abadi. Janganlah kita jual agama kita dengan dunia, agar kita selamat di dunia dan akherat. Amiin.

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ عَظِيْمِ. وَنَفَعْنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلَايَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمَنْكُمْ  تَلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْم. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللَه الْعَظِيْمِ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتُ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتُ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُرُ الرَّحِيْمِ

Tidak ada komentar :

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net